REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hasanul Rizqa
Dalam catatan sejarah, puasa Ramadhan diwajibkan sejak tahun kedua Hijriah. Masa itu bertepatan ketika Rasulullah Muhammad SAW baru sekitar 18 bulan bertempat tinggal di Madinah. Pada akhir Sya'ban, wahyu Allah Surat al-Baqarah ayat ke-183 turun. Isinya memerintahkan umat Islam melaksanakan puasa Ramadhan.
Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan berlaku bagi setiap Muslim yang sudah dewasa (baligh). Puasa Ramadhan tidak diwajibkan kepada anak-anak, orang sakit, orang tua dan lemah, serta orang-orang yang sedang dalam perjalanan (musafir).
Tiga Tingkatan Puasa
Dalam sebuah hadis, Rasulullah menegaskan bahwa puasa itu memiliki tiga tingkatan. Mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah, yakni puasanya orang awam, puasanya khawas, dan puasanya khawasul khawas.
Puasanya orang awam sekadar menahan haus dan lapar semenjak terbitnya hingga terbenamnya matahari. Puasa khawas tidak sekadar menahan diri dari makan dan minum, melainkan juga ucapan-ucapan yang percuma dan menyakitkan hati.
Dalam kalimat lain, puasa tingkatan kedua ini menjaga pelakunya dari perbuatan yang tercela. Adapun puasanya khawasul khawas tidak sekadar menahan makan dan minum serta perbuatan yang tercela, melainkan juga terkait dengan hatinya.
Menurut para ulama, puasa khawasul khawas merupakan milik para nabi dan rasul Allah. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya seluruh amal anak Adam itu untuk diri mereka sendiri kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya."
Oleh karena itu, seyogianya setiap Muslim berpuasa Ramadhan dengan kesadaran penuh akan hubungannya dengan Allah (habluminallah). Tidak ada siapa pun yang tahu diri-berpuasa atau membatalkannya kecuali Allah dan hamba itu sendiri.
Kebiasaan Nabi kala Ramadhan
Rasulullah SAW memiliki tradisi menggiatkan ibadah sosial dan personal setiap Ramadhan. Dalam buku Ensiklopedia Peradaban Islam Makkah disebutkan, khususnya bulan Ramadhan, Jibril menemui Rasulullah setiap malam.
Kemudian, Rasulullah SAW mentadaruskan Alquran di hadapan Jibril. Hal ini menunjukkan keistimewaan bulan Ramadhan sebagai waktu untuk menjaga hafalan Alquran.
Adapun ibadah-ibadah lainnya yang digiatkan Nabi SAW setiap Ramadhan adalah umrah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari, Rasulullah bersabda, "Umrah di bulan Ramadhan sama dengan berhaji atau berhaji dengan aku (Rasulullah)."
Dalam hadis lainnya riwayat Ahmad, Rasulullah berpesan kepada umatnya, "Telah datang kepadamu Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah SWT mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya. Pada bulan ini, pintu-pintu surga dibuka. Pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat. Juga terdapat dalam bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka ia tidak memperoleh apa-apa."
http://bit.ly/2ZIhSU8
April 30, 2019 at 07:02PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jejak Puasa Ramadhan Nabi Muhammad SAW (2-Habis)"
Post a Comment