REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI
Ramadhan, bulan mulia nan pernah berkah kedatangannya ditunggu umat Islam seluruh dunia. Namun tahun ini jelas berbeda. Dengan masih adanya wabah Pandemi Covid-19, tentu saja situasi Ramadhan pasti akan terasa sangat berbeda dari sebelumnya.
Walaupun begitu, kegembiraan menyambut Ramadhan serta kesiapan kita memanfaatkan momentum Ramadhan tak boleh surut. Boleh jadi kita tak bisa shalat jamaah ke masjid, tak bisa tarawih bersama. Apalagi tadarus dan beritikaf di masjid. Namun justru hal inilah tantangannya, kita tetap harus menjaga semangat bahwa Ramadhan tetaplah istimewa dan penuh makna.
Kesabaran kita, ibarat puncaknya justru sedang diuji agar tetap terjaga dan tak emosional dalam beribadah. Ada yang tetap harus dipatuhi dan dijaga. Agar semua bisa tetap selamat dan tak terinveksi virus Covid-19.
Kalua ditanya apakah kita tidak rindu masjid, tarawih, tadarus serta itikaf? Jawabannya pastilah kita amat sangat merindukan itu semua. Para amil bahkan lebih dari itu, Ramadhan bagi pengelola zakat adalah puncak aktivitas serta puncak layanan juga dan merupakan siklus tahunan yang paling sibuk. Lembaga-lembaga zakat seakan berlomba melayani muzaki, mustahik dan bahkan mengerahkan banyak-banyak relawan untuk semakin memdudahkan layanan pada masyarakat dan umat.
Dari sisi penghimpunan, tak dipungkiri, Ramadhan adalah puncak tertinggi dari seluruh moment lembaga yang akan menghaslkan penghimpunan yang sangat signifkan. Kebiasaan muzaki berzakat di Ramadhan, serta ajaran tentang pahala yang dilipatgandakan akan membantu kemudahan edukasi dari sejumlah lembaga zakat. Ada gelombang kesadaran yang muncul dari umat Islam untuk semakin berbagi dan peduli kepada sesama, terutama mereka yang miskin dan dhuafa.
Persiapan menuju Ramadhan bagi para amil dan lembaga pengelola zakat umumnya dilakukan jauh-jauh hari. Untuk menyambut Ramadhan, bahkan bisa tiga sampai empat bulan sebelumnya. Namun di Ramadhan tahun ini, semua perencanaan dan skenario yang telah disusun secara matang harus disesuaikan ulang.
Pandemi Covid-19, begitu datang, memaksa siapapun untuk segera menyesuaikan diri. Bila bandel dan tak mau berdamai dengan situasi yang ada, terlalu besar risikonya. Jangankan sekelas lembaga zakat, negara-negara maju di Eropa saja kelimpungan menghadapi pandemi kali ini.
Dalam menyesuaikan diri di moment Ramadhan saat pandemi, pilihan lembaga-lembaga zakat tak banyak. Ia harus terus bertahan dan terus maju, atau akan lumpuh lalu tenggelam.
Bagi lembaga zakat dan amilnya, tentu saja berharap lembaganya bisa terus eksis dan bahkan bisa terus melaju melewati badai pandemi ini. Semua pihak tentu ingin sukses dan terus sukses.
Dalam buku Grit: The Power of Passion and Perseverance yang ditulis Angela Duckworth, ternyata untuk bisa sukses, faktornya bukan hanya soal kecerdasan atau kehebatan semata. Menurut Profesor Angela, ada satu hal yang memainkan peranan penting dalam kesuksesan seseorang, atau sebuah lembaga, yakni Grit.
Grit adalah kegigihan, ketekunan dan sifat tidak mudah menyerah kita untuk meraih suatu hal. Dan semoga di tengah situasi yang kurang menentu seperti saat ini, para amil masih kuat menghadapi gelombang pandemi covid-19 dan terus sukses lembaga zakatnya masing-masing.
Di tengah realita Ramadhan dengan segala dinamikanya, para amil harus tetap bergerak dan membantu mustahik. Terlepas dari soal passion, bakat atau latar belakang masing-masing, para amil harus tetap produktif di tengah suasana Ramadhan dalam bayang-bayang pandemi Covid-19. Berikut ini setidaknya ada 7 tips sederhana untuk para amil agar bisa terus produktif saat Ramadhan.
Pertama, Niatkan Bekerja Sebagai Amil adalah Ibadah
Di dunia ini, banyak orang yang sukses maupun gagal. Dan soal kesuksesan ini ternyata kuncinya bukan soal kepintaran atau bakat saja. Faktanya, sejumlah orang sukses dan berprestasi di berbagai bidang pada awalnya dianggap tak berbakat dan tak punya potensi.
Salah satu tokoh dunia yang amat legendaris adalah Thomas Alfa Edison. Pada masa kecilnya di Amerika Serikat, Edison selalu mendapat nilai buruk di sekolahnya. Karena itu ibunya memberhentikannya dari sekolah dan mengajar sendiri di rumah.
Namun sejarah akhirnya membuktikan Edison dipandang sebagai salah seorang pencipta paling produktif pada masanya. Ia menemukan dan kemudian memegang rekor 1.093 paten atas namanya.
Ia juga banyak membantu dalam bidang pertahanan pemerintahan Amerika Serikat. Beberapa penelitiannya antara lain: mendeteksi pesawat terbang, menghancurkan periskop dengan senjata mesin, mendeteksi kapal selam, menghentikan torpedo dengan jaring, menaikkan kekuatan torpedo, kapal kamuflase, dan masih banyak lagi.
Kunci dari kesuksesan ternyata sebenarnya sederhana. Selain harus Grit, juga punya niat yang kuat untuk terus bekerja dan berkarya. Sebagai amil, tentu kita semua harus kuat dan istiqomah dalam memelihara niat ketika Allah memilih kita sebagai amil.
Lupakan masa lalu, dan mulailah fokus untuk menjadi amil yang kuat mentalnya dan produktif hidupnya. Dan moment Ramadhan di tengah pandemi ini juga halangan kita untuk terus bekerja demi kebaikan sesama. Di sejumlah moment kehidupan Rosulullah Muhammad SAW, bahkan Ramadhan kadang menjadi arena penentuan nasib umat lewat berbagai tekanan, bahkan juga peperangan.
Jaga terus niat kita. Insyaallah sesulit dan seberat apapun kondisi yang kita hadapi kita bisa tetap produktif, di kantor maupun di rumah ketika WFH. Salah satu hal yang bisa memacu semangat dan niat bekerja di bulan Ramadhan adalah menjadikan apa yang kita kerjakan sebagai amil adalah bagian dari ibadah.
Sebagai amil, tentu pekerjaan kita selaras dengan kebaikan, dan setiap kebaikan adalah juga ibadah bukan? Kalau niat sudah bulat dan jadi keyakinan untuk melangkah, maka tips lainnya akan agar bisa lebih produktif di bulan Ramadhan kali ini akan semakin mudah.
https://ift.tt/2yK5Lgl
April 28, 2020 at 09:36AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "7 Kiat Amil Tetap Produktif Selama Ramadhan dan Masa Corona"
Post a Comment