REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh Darmawan Sepriyossa, Jurnalis Senior
Jalaluddin Rumi tentang intisari ayat Alquran yang menyatakan bahwa ’Sesungguhnya suara yang paling buruk adalah suara keledai’ (QS 31:19).
Konon, kata Rumi, dahulu kala ketika semua makhluk diciptakan, mereka diberi kemampuan mengeluarkan suara. Ketika suara itu keluar pertama kalinya, semua makhluk memuji dan mengagungkan Allah, kecuali keledai. Keledai hanya mau bersuara kalau lapar atau ingin memuaskan nafsunya.
Banyak orang seperti keledai. Dunia boleh bergejolak, hutan terbakar, kelaparan di mana-mana. Mereka diam. Masyarakat boleh resah, jutaan orang kehilangan pekerjaan, jutaan bayi mati karena tak mampu menyusu. Mereka diam. Manakala mereka dihadapkan pada persoalan gaji dan tunjangan mereka sendiri, mereka angkat bicara. Segera setelah tuntutan kenaikan gaji mereka terpenuhi, mereka sunyi kembali.
Ada juga orang-orang yang bersuara keras, vokal dan kritis. Mereka dimana-mana berlaku layaknya singa mimbar. Tiba-tiba suaranya hilang. Rupanya kini sudah menduduki jabatan basah diantara orang-orang yang dulu dikecamnya. Rupanya, suara keras itu hanya suara keledai. Suara yang keluar manakala ia lapar.
https://ift.tt/2JETP1u
April 04, 2020 at 09:33AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Djalaludin Rumi Dan Suara Keledai"
Post a Comment