REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Departemen Kesehatan Filipina mengumumkan, wabah campak telah menyebar ke wilayah Luzon dan Visayas. Perluasan sebaran wabah campak ini menyusul adanya laporan lebih dari 1.500 kasus dan 26 kematian.
Sekretaris Departemen Kesehatan Francisco Duque mengatakan, wabah campak juga melanda Calabarzon, Wilayah 6 (Visayas Barat), dan Wilayah 7 (Visayas Tengah). Adapun, Calabarzon melaporkan 104 kasus campak dan sembilan kematian.
Sementara Wilayah 6 mencatat ada 104 kasus dan tiga kematian, serta Wilayah 7 terdapat 71 kasus campak dan satu kematian. Duque juga mencatat terdapat peningkatan kasus campak yang mengkhawatirkan di wilayah Ilocos, Lembah Cagayan, Mimaropa, dan wilayah Bicol.
"Kami memperluas wabah dari Metro Manila ke daerah lain, karena kasus telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, dan untuk memperkuat pengawasan jika ada kasus baru serta mengingatkan orang tua agar lebih waspada," ujar Duque, dilansir CNN Philippines, Sabtu (9/2).
Duque mendesak para orang tua agar memberikan vaksin kepada anak-anak, dan segera membawa mereka ke pusat kesehatan ketika gejala campak muncul. Adapun, Pemerintah Filipina juga melakukan kunjungan dari rumah ke rumah untuk melaksanakan program imunisasi tambahan bagi anak-anak. Duque menjamin bahwa vaksinasi untuk campak tidak sama dengan vaksin Dengvaxia yang pernah menjadi kontroversi pada 2014.
"Vaksi campak berbeda dengan vaksin dengvaxia. Vaksin campak telah mendapatkan persetujuan dari Food and Drug Administrasi, dan Organisasi Kesehatan Dunia," kata Duque.
Departemen Kesehatan Filipina melaporkan, jumlah anak-anak yang tidak divaksinasi terus meningkat. Pada 2018 sekitar 960.457 anak-anak belum menerima vaksin. Jumlah tersebut meningkat dari 2017 yakni sebesar 855.039 anak-anak.
Sejauh ini, Departemen Kesehatan Filipina belum merilis jumlah kasus campak yang dilaporkan di daerah lain. Campak adalah penyakit yang sangat menular dan menyebar melalui batuk, bersin, dan melalui kontak pribadi yang dekat. Gejalanya meliputi mata merah, pilek, demam dan ruam kulit selama lebih dari tiga hingga tujuh hari.
Komplikasi yang ditimbulkan dari campak antara lain diare, infeksi telinga tengah, radang paru-paru, pembengkakan otak, kekurangan gizi dan kebutaan. dapat menyebabkan kematian. Komplikasi tersebut dapat menyebabkan kematian.
Direktur Biro Epidemiologi Departemen Kesehatan Filipina Ferchito Avelino menjelaskan, wabah atau epidemi dinyatakan setelah sutau penyakit dilaporkan tersebar luas di suatu daerah. Dalam kasus campak ini, wabahnya sudah tersebar luas.
"Wabah tersebut tidak terbatas hanya di satu provinsi, tetapi beberapa provinsi juga sudah ikut terkena," kata Avelino.
Menurut catatan Departemen Kesehatan Filipina, jumlah kasus campak di Calabarzon meningkat 2,538 persen yakni dari 575 kasus pada 2019. Sementara pada 2018 tercatat hanya 21 kasus. Sedangkan, kasus campak di Metro Manila meningkat sebesar 1.125 persen pada 2019 yakni sebanyak 441 kasus, dan di 2018 hanya 36 kasus.
Kasus campak di wilayah Luzon Tengah meningkat 500 persen pada 2019 yakni 192 kasus dan empat kematian, sedangkan pada 2018 hanya 32 kasus. Sementara, kasus campak di Wilayah 6 meningkat sebesar 550 persen pada 2019 yakni 104 kasus dan tiga kematian dibandingkan dengan 2018 sebanyak 16 kasus.
http://bit.ly/2Dnh9gY
February 09, 2019 at 06:35PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Wabah Campak di Filipina Makin Meluas"
Post a Comment