REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrian Fachri, Dadang Kurnia, dan Umar Mukhtar
PADANG -- Khatib dari Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang Muhammad Ridho mengatakan fenomena gerhana matahari seperti yang terlihat di sejumlah daerah di Indonesia pada Kamis (26/12) kemarin merupakan pertanda dari Allah akan kedatangan hari kiamat. Allah, kata Ustaz Ridho, memperingatkan umat manusia bahwa kiamat pasti akan datang.
Dan fenomena gerhana seperti kemarin merupakan contoh kecil bagaimana suasana hari kiamat nanti. "Lewat gerhana matahari Allah sampaikan pesan suasana hari kiamat, gerhana merupakan miniatur suasana hari kiamat," kata Ustaz Ridho.
Ustaz Ridho kemarin menjadi khatib usai pelaksanaan shalat sunat kusuf di hadapan ratusan jamaah di Masjid Raya Sumatera Barat di Kota Padang. Dalam khutbahnya Ustaz Ridho mengatakan bahwa saat terjadinya gerhana matahari ataupun gerhana bulan biasanya orang-orang berbondong-bondong pergi menyaksikannya.
Padahal sesuai perintah Rasulullah SAW, kaum Muslimin diperintahkan ke masjid saat fenomena itu terjadi.
"Fenomena gerhana seharusnya bukan pergi melihat gerhana. Tetapi laksanakan shalat kusuf dua rakaat di masjid," ucap Ustaz Ridho.
Dosen UIN Imam Bonjol ini mengingatkan bahwa gerhana matahari tidak seharusnya disambut gembira seperti dengan mengadakan festival. Tetapi menjadi momen bagi kaum Muslimin untuk instrospeksi diri akan adanya hari kiamat.
Pada saat kiamat nanti manusia akan berada di situasi gelap karena tidak ada lagi cahaya matahari. Kondisi itu menurut Ustaz Ridho akan membuat seluruh umat manusia dalam ketakutan dan kepanikan.
Ustaz Ridho juga mengingatkan agar manusia segera bertobat. Terlebih daerah Sumbar dalam dua bulan terakhir kerap dilanda bencana seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan gempa bumi.
Bencana menurut Ustaz Ridho merupakan tanda-tanda peringatan Allah bagi manusia. Munculnya segala macam bencana juga hasil dari perbuatan manusia yang merusak.
"Allah mengirimkan tanda-tanda dengan bencana, tujuannya Allah memberikan kabar takut kepada manusia," kata Ustaz Ridho menambahkan.
Khatib juga mengajak agar manusia meningkatkan amal ibadah dalam hidup. Memperbanyak shalat jamaah ke masjid serta meninggalkan perbuatan yang menimbulkan dosa.
Dari Surabaya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengaku senang melihat banyaknya anak-anak yang berdatangan ke Masjid Nasional Al-Akbar untuk menyaksikan gerhana matahari cincin melalui teropong yang disediakan panitia. Lewat fenomena gerhana matahari cincin, anak-anak bisa mempelajari tanda-tanda kebesaran Allah SWT, sejak dini.
"Harapannya anak-anak sudah bisa berinteraksi dengan tanda-tanda alam yang Allah SWT tunjukan hari ini. Kebetulan yang kita bisa berikan, proses edukasi dan literasi kepada anak-anak misalnya adalah ada gerhana matahari cincin," kata Khofifah seusai mengikuti shalat gerhana matahari cincin di Masjid Nasional Al-Akbar, Surabaya, Kamis (26/12).
Khofifah juga mengaku senang melihat antusiasme warga Surabaya yang ikut bertakbir, beristighfar, dan mengikuti shalat gerhana matahari saat fenomena langka itu terjadi. Karena, kata dia, amalan itu lah yang dianjurkan Alquran.
"Jika melihat gerhana baik matahari maupun bulan maka bertakbirlah, shalatlah, kemudian beristighfarlah. Ini sebagai bagian untuk menunjukkan kepada seluruh warganya bahwa ada tanda-tanda alam yang oleh Allah ditunjukkan kepada seluruh umat manusia," ujar Khofifah.
Ketua Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Menteng Dr. KH Farhat Abdullah menekan pentingnya memaknai fenomena alam sebagai momen mendekatkan diri pada Allah SWT. Melalui fenomena alam itu pula, Allah menunjukkan kebesaran-Nya kepada manusia agar memohon ampunan atas segala dosa yang diperbuat.
"Ini momen kita untuk tafakur, memikirkan ciptaan Allah yang sangat luar biasa, alam semesta, bumi, langit, dan seluruh jagat raya semesta, agar bertobat, kembali pada Allah karena manusia tempat salah, tempat dosa," ujar dia saat berceramah usai shalat gerhana matahari di Masjid Jami Matraman, Jakarta, Kamis (26/12).
Farhat mengatakan bahwa kata kuncinya adalah bertakwa. Begitu seorang Muslim bertakwa, maka segala urusannya akan dimudahkan dan dilancarkan. Tiap Muslim hendaknya memetik pelajaran dari fenomena alam gerhana matahari itu.
"Rasulullah SAW menganjurkan untuk shalat gerhana karena ini peringatan agar manusia mengambil pelajaran bahwa Allah yang menciptakan alam semesta ini. Semua benda-benda langit sujud kepada Allah. Bintang, matahari, semuanya. Cuma kan manusia sujudnya kepada dunia. Dan ini peringatan untuk kembali pada Allah," ucap dia.
Dalam kesempatan itu, Farhat juga mengingatkan bahwa ketakwaan kepada Allah akan membuat umat Islam terhindar dari bencana agama, yakni bencana yang merusak sendi-sendi agama. Misalnya kerusakan pemahaman agama, antara lain pandangan bahwa agama hanya ada di tempat ibadah sehingga tidak perlu ada agama di luar tempat ibadah.
"Ini lebih dasyat dibandingkan bencana alam. Kalau kita seperti itu (menjauh dari Allah), bermaksiat, maka akan mengundang murka. Karena itu, peristiwa alam gerhana matahari seperti menjadi pengingat akan kekuasaan Allah. Tapi kan manusia lupa, seperti sekarang yang shalat gerhana itu sedikit. Sibuk dengan dunianya masing-masing," ucapnya.
Padahal, lanjut Farhat, Rasulullah SAW telah menganjurkan kepada umatnya untuk melakukan shalat di saat terjadi gerhana. Terlebih fenomena alam seperti ini jarang terjadi.
"Rasulullah bersabda, 'siapa yang menghidupkan sunahku di saat manusia lupa dengan sunahku, berarti dia cinta kepadaku, dan nanti akan bersamaku di surga. Semoga kita bersama Rasulullah karena kita mematuhi ajakan Rasulullah," tutur dia.
Gerhana Berikutnya
Gerhana matahari berikutnya akan bisa dilihat di Indonesia pada 2023 berupa gerhana matahari total yang bisa dilihat secara sempurna di Papua. Sementara gerhana matahari cincin baru akan terjadi lagi pada 2031. Hal itu diungkapkan pakar astronomi Riser Fahdiran.
"Yang terdekat dan yang besar itu gerhana matahari total yang akan terjadi pada tahun 2023 di Papua, yang lain akan dapat sebagian atau gerhana matahari parsial," ujar Riser ketika ditemui usai konferensi pers pengamatan gerhana matahari cincin di Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ).
Sebelumnya, terjadi fenomena gerhana matahari cincin hari ini dengan titik terbaik untuk melihat bentuk cincin sempurna berada di Kabupaten Siak di Riau dan kota Singkawang di Kalimantan Barat.
Sementara itu, daerah lain di Indonesia seperti di Pulau Jawa hanya melihat gerhana matahari parsial atau sebagian.
Gerhana matahari cincin adalah fenomena ketika bulan berada segaris dengan bumi dan matahari, serta bulan berada pada titik terjauh dengan bumi. Inilah yang menyebabkan piringan bulan akan terlihat lebih kecil daripada matahari dan tidak akan menutupi piringan matahari sepenuhnya.
Menurut Riser, fenomena gerhana matahari cincin berikutnya akan melintasi Indonesia pada 2031. Sebenarnya, ujar dia gerhana matahari bukanlah sesuatu yang langka tapi kemungkinan terjadi di suatu tempat yang samalah yang tergolong langka.
Tahun depan, Indonesia tidak akan melihat gerhana matahari lagi kecuali di Kalimantan Utara yang akan mengalami gerhana matahari parsial. Tapi kemungkinan besar hanya sebagian kecil karena titik pusatnya sendiri berada di daerah China, menurut anggota Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) Ananda Reza.
"Tahun 2020 ada yang lewat Indonesia, tapi hanya di Kalimantan Utara, itu pun gerhana matahari parsial tipis sekali karena memang pusatnya di China," tegas dia.
https://ift.tt/2St7Wwx
December 27, 2019 at 09:17AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pesan Mengingat Kiamat dari Gerhana Matahari"
Post a Comment