REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memastikan akan mengarantina terlebih dahulu WNI yang dievakuasi dari Provinsi Hubei, Cina, guna memastikan tidak ada yang terjangkit virus korona baru (2019-nCoV). Namun, pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) masih merahasiakan lokasi karantina tersebut.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waworuntu mengatakan, karantina akan dilakukan selama 14 hari seturut masa inkubasi virus korona. "Kenapa harus dikarantina? Berdasarkan peraturan kesehatan internasional, karantina dilakukan supaya tidak terjadi penularan penyakit dari luar dan skrining pemantauan sejak awal," ujarnya dalam konferensi pers di Kemenkes, di Jakarta, Jumat (31/1).
Ia mengeklaim, belum mengetahui pasti kapan WNI itu tiba di Tanah Air dan mendarat di bandara mana. “Mau mendaratnya di mana kita belum bisa sebutkan. Yang jelas skenario kita karantina," kata Wiendra.
Terus didesak, Wiendra pun sempat tak sengaja menyebut tempat karantinanya itu akan berupa asrama. Meski demikian, tetap saja tak jelas di mana lokasinya. "Asrama kan banyak," ucapnya mengelak saat ditanya lebih lanjut.
Yang bisa ia bisa pastikan adalah lokasi karantina bukan di rumah sakit. Mereka akan dipantau selama masa inkubasi virus itu selama 14 hari.
Selama karantina, ia memastikan kebutuhan dasar WNI yang akan dikarantina ini harus dipenuhi mulai dari makan, tidur, hingga melakukan ibadah. "Kami siapkan untuk 249 orang WNI itu. Ini namanya karantina sehat," katanya.
Lima tenaga kesehatan yang menjemput WNI itu juga nanti harus sama-sama menjalani karantina di Tanah Air. Wiendra menyebutkan, pihaknya menyiagakan dokter spesialis paru, perawat, dan petugas kesehatan yang akan mengontrol mereka.
Kemudian kalau sebelum masa karantina berakhir ternyata ada yang mengalami sakit panas, demam atau sesak napas, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan. Di Jakarta, ada tiga rumah sakit (RS) yang menjadi tempat rujukan penanganan virus ini. Di antaranya, RSPI Sulianti Saroso di Jakarta Utara, RSUP Persahabatan di Jakarta Timur, dan RSPAD Gatot Subroto di Jakarta Pusat. Sedangkan secara nasional ada 100 fasilitas kesehatan yang siap menjadi rujukan.
Kemenkes sebelumnya menyatakan, memiliki rencana membagi dua golongan WNI di Cina seandainya dievakuasi pulang ke Indonesia. Dua kelompok itu, yakni people under observation atau orang dalam pemantauan dan suspect atau orang dengan pengawasan.
WNI dalam pemantauan adalah mereka yang pulang dalam keadaan sehat. Untuk kelompok ini, pihaknya menyiapkan transportasi seperti kapsul evakuasi hingga ambulans yang dilengkapi dengan tekanan negatif sehingga virus potensial tidak menyebar melalui udara. WNI yang diobservasi ini kemudian dititipkan di tempat khusus semacam asrama dengan akses keluar-masuk terbatas selama masa inkubasi antara 10 hingga 14 hari.
Di sisi lain, untuk para WNI yang pulang dengan menunjukkan sejumlah gejala sakit, akan dikategorikan sebagai suspect. Terkait hal itu mereka harus masuk dalam ruang isolasi di sejumlah rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut dan dipantau selama 24 jam.
Dokter spesialis paru RSUP Persahabatan, dr Erlina Burhan mengungkapkan, pihak rumah sakit telah menyediakan ruangan untuk belasan pasien. "Kami sudah siap, kami punya satu bangsal atau ruang isolasi, dua ruangan pakai ventilator, yang lainnya ruang rawat biasa ada 12 ranjang," ujar dr Erlina saat ditemui di Jakarta, Kamis (30/1).
Ia juga menjelaskan, rumah sakit telah menyiapkan tata laksana isolasi dan karantina sesuai petunjuk WHO. Dengan fasilitas tersebut, pihak rumah sakit dapat merawat suspect virus korona Wuhan.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Anung Sugihantono menekankan, sejauh ini kasus penularan virus korona belum ditemukan di Indonesia. "Saya tidak mengatakan Indonesia steril, tetapi kenapa kita masih sehat? Karena penularan suatu penyakit itu melibatkan host (inang), lingkungan, dan agennya,” kata dia, kemarin.
Ia mengatakan, ada perbedaan kondisi inang di Indonesia dan Hubei. Kemudian untuk iklim, menurut dia, Hubei lebih dingin ketimbang kondisi di Tanah Air yang lebih panas. “Mungkin itu salah satu hal yang berpengaruh virus korona Wuhan belum ditemukan di Indonesia," ujarnya.
Anung mengaku, sebenarnya ia tidak yakin kalau virus korona tidak ada Indonesia. Tetapi sejauh ini, belum menginfeksi di Indonesia karena daya tahan tubuh masyarakat.
Meski begitu, pihaknya juga mengingatkan masyarakat untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Ia menyebutkan, kuncinya adalah gerakan hidup sehat, yakni cukup istirahat, cukup makan, dan berolahraga. n rr laeny sulistyawati/febryan a, ed: fitriyan zamzami
https://ift.tt/36M2rN5
February 01, 2020 at 10:00AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cegah Virus Corona, Lokasi Karantina WNI Dirahasiakan"
Post a Comment