REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki menanggapi pengumuman rencana perdamaian Timur Tengah yang digelar di Washington pada Selasa (28/1) waktu setempat. Kementerian Dalam Negeri Turki dalam sebuah pernyataan mengecam rencana AS tersebut. Bagi Turki, rakyat dan tanah Palestina tidak dijual.
Turki juga menganggap rencana yang disebut Trump sebagai "Kesepakatan Abad Ini" adalah gagal. Justru rencana itu adalah rencana aneksasi yang bertujuan merebut tanah Palestina.
"Dan juga membunuh solusi dua negara," demikian pernyataan Kemendagri Turki sebagaimana dilansir Anadolu Agency, Rabu (29/1). Turki juga menekankan bahwa Yerusalem adalah garis merah di mata Turki dan tidak akan membiarkan Israel membenarkan pendudukan dan penganiayaannya.
"Kami akan selalu mendukung persaudaraan rakyat Palestina. Kami akan terus bekerja untuk Palestina yang merdeka di tanah Palestina," bunyi pernyataan Turki.
Pernyataan itu menyimpulkan bahwa Turki tidak akan mendukung rencana apapun yang tidak diterima oleh otoritas Palestina. Perdamaian di Timur Tengah tidak akan diperoleh jika kebijakan berdasarkan pendudukan tidak berakhir.
Selasa (28/1) waktu setempat, Presiden AS Donald Trump merilis rencananya yang sering tertunda untuk mengakhiri sengketa Israel-Palestina di Gedung Putih. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hadir dalam rilis pengumuman itu. Sedangkan otoritas Palestina atau perwakilannya tidak hadir.
Selama konferensi pers, Trump menyebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang tidak terbagi. Hamas Palestina mengecam ketentuan-ketentuan perjanjian itu dengan mengatakan bahwa kesepakatan tersebut tidak sebanding dengan kertas yang ditulisnya dan Yerusalem akan tetap untuk Palestina.
https://ift.tt/2RX92ib
January 29, 2020 at 09:52AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Turki: Rakyat dan Tanah Palestina tidak Dijual"
Post a Comment