Search

Para Budak yang Naik Derajat Jadi Raja Kerajaan Islam

Sejumlah budak tercatat menjadi raja dalam sejarah paradaban Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, Para Kesatria di Taman Sejarah (Rijaal Min At-Tarikh), kitab karya Syek Ali Ath Thanthawi,  memberikan bukti kemampuan dan kehebatan mereka dalam mewarnai sejarah perjalanan Islam

Mereka adalah orang-orang yang jujur, ikhlas, dan senantiasa mengamalkan ajaran Islam dengan penuh konsekuen dan tanggung jawab. Kisah-kisah mereka yang heroik dan mengagumkan itu bisa dijadikan pelajaran bagi umat dewasa ini.  

Di antara kisah itu adalah budak jadi raja.  Dalam kisah seorang budak menjadi raja, penulis (Ali Ath Thanthawi) menjelaskan bagaimana kehidupan dan perjalanan seorang budak hingga akhirnya dia menjadi raja. Namanya adalah Sultan Quthbuddin Beg. 

Awalnya, dia adalah seorang budak pandir yang dibeli Qadli Fakhruddin al-Kufi, kemudian dididik dengan ilmu dan takwa. Kemudian, si budak ini dibeli Sultan Syihabuddin Ghouri. Setelah dewasa, dia dilatih menjadi seorang satria yang ahli dalam berperang.

Quthbuddin Beg dikenal sebagai seorang yang jenius dan memiliki cita-cita tinggi. Karena keahliannya, dia pun ditunjuk menjadi seorang raja, tepatnya di Delhi, India, sebelumnya Kota Delhi ditaklukkan Muhammad bin Wasim Al-Tsaqafi.

Namun, Al-Tsaqafi digulingkan  seorang komandan Sultan Mahmud bin Sbkatkin Ghaznawi. Dalam menjalankan pemerintahnnya, Quthbuddin Beg melaksanakannya dengan baik. Dia juga memiliki sejumlah budak. 

Beberapa di antaranya adalah Lilamsy sebagaimana ditulis dalam kitab Rihlah karya Ibn Bathutah atau Altatmasy versi sejarah lainnya.

Dalam perjalanannya, Altatmasy ini juga dididik Sultan Quthbuddin Beg hingga menjadi pandai. Dia diajari etika dan akhlak. Ketika Quthbuddin wafat, 

Altatmasy mengumpulkan qadli, mufti, petinggi, dan pemuka masyarakat, lalu memaklumkan dirinya sebagai raja.

Pernyataan ini awalnya ditolak segenap qadli dan mufti dengan alasan dia seorang budak. Altatmasy pun tersenyum mendengarnya. 

Segera dia mengambil sebuah surat dan berstempel resmi dari Sultan Quthbuddin dan menyerahkannya kepada para qadli dan mufti serta tokoh-tokoh yang hadir. 

Dia meminta surat itu dibacakan di depan umum. Ternyata, isinya menjelaskan pembebasan diri Altatmasy oleh Sultan Quthbuddin dari seorang budak menjadi orang yang merdeka. 

Dia pun akhirnya dinobatkan sebagai raja. Dalam perjalanannya, Sultan Altatmasy memerintah kerajaannya dengan adil.

Altatmasy mempunyai beberapa orang putra dan seorang putri. Anak-anaknya dididik dengan pendidikan agama yang ketat, pelajaran etika, akhlak, dan satria. 

Namun, anak-anak laki-lakinya tak ada yang berhasil dididiknya menjadi anak yang baik. Mereka malah telanjur menjadi anak-anak yang suka berfoya-foya. 

Tak ada yang bisa diharapkan dari anak laki-lakinya. Maka, Altatmasy kemudian mendidik putrinya yang bernama Rodiyah dengan baik.

Saat Altatmasy wafat, dia digantikan anak tertua yang bernuma Ruknuddin Fairuz Syah. Bahkan, dia membunuh saudaranya sendiri yang bernama Mazuddin. Maka, rakyat pun makin tidak mencintainya lagi.

Suatu saat, melihat kondisi yang makin tak menentu itu, akhirnya anak perempuan Altatmasy, yakni Rodiyah, melakukan revolusi untuk mengembalikan kepercayaan rakyat. 

Akhirnya, dia berhasil merebut kekuasaan dan akhirnya memegang tampuk kepemimpinan. Selama pemerintahannya, dia berhasil meyakinkan dan merebut hati rakyat. Namun, itu hanya sebagian orang. 

Sebagian lainnya menganggapnya tak layak menjadi pemimpin. Dia pun akhirnya digulingkan juga oleh sejumlah bawahannya, bahkan dibunuh seorang petani.

Dia dimakamkan di kompleks raja-raja di Delhi pada 25 Rabiul Awal 637 H. Ibnu Batuthah menjelaskan, makamnya banyak dikunjungi orang.

sumber : Harian Republika

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2vjJhlb

March 01, 2020 at 10:30AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Para Budak yang Naik Derajat Jadi Raja Kerajaan Islam"

Post a Comment

Powered by Blogger.