REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Marsekal Hadi Tjahjanto menyanggah kabar adanya bentrok antara aparat TNI dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) di Wisma TNI Angkatan Laut Lumba-Lumba, Jakarta, Rabu (25/9) malam. Menurut dia, prajurit di lokasi kejadian hanya ikut membantu aparat Polri yang hendak mengusir para demonstran agar keluar dari area militer tersebut.
“Yang terjadi di lapangan kemarin, justru prajurit marinir mampu menyelesaikan permasalahan di lapangan dengan bisa menghalau para pengunjuk rasa untuk dipukul mundur, atau dimundurkan, sampai ke Senayan atau Bendungan Hilir,” ujar Hadi saat jumpa media di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia, Jakarta, Kamis. Jumpa pers itu juga dihadiri seluruh kepala staf angkatan, Kapolri, dan Menkopolhukam Wiranto.
Hadi menegaskan, perbantuan militer kepada kepolisian telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. Saat ini pun, lanjut dia, TNI telah mengerahkan tiga matra untuk ditempatkan di lokasi-lokasi strategis, semisal dekat Istana Negara dan sekitar gedung DPR-MPR, Jakarta.
Dalam konteks unjuk rasa pada Rabu lalu, demonstran mesti dicegah agar tidak memasuki kompleks Wisma TNI AL Lumba-Lumba. Sesuai aturan yang berlaku, mereka tidak diperkenankan memasuki area instansi militer.
Maka itu, dia menegaskan, personel TNI-Polri semata-mata menjalankan tugas pada saat kejadian. “Sampai saat ini pun tidak ada permasalahan antara TNI dan Polri terkait dengan tugas pengamanan,” ucap dia.
Hadi mengaku, tak mempersoalkan bila tembakan gas air mata sempat ditembakkan hingga memasuki area wisma TNI AL itu. Menurut dia, kejadian demikian wajar adanya dalam situasi pengamanan massa.
“Di depan Istana Negara pun pada waktu unjuk rasa, kantor saya di Merdeka Barat juga kemasukan gas air mata. Hampir masuk ke halaman belakang. Sama halnya dengan yang di Mess Lumba-Lumba,” kata dia.
Menkopolhukam Wiranto mengatakan, belakangan ini terdapat upaya adu domba antara TNI dan Polri. Namun, kedua institusi tersebut diakui tetap solid menjaga keamanan nasional. “Antara TNI dan kepolisian katanya enggak akur. Malah lebih jauh dari itu, ada pihak yang mencoba adu domba antara unsur TNI dengan kepolisian,” ujar dia, Kamis.
Wiranto mengklaim, upaya adu domba demikian antara lain melalui penyebaran berita bohong (hoaks). “Maka, di sini kita hadirkan kepala staf angkatan dan langsung mengikuti rapat ini, menjamin bahwa TNI tetap solid,” ujar purnawirawan jenderal itu.
Pada Rabu (25/9) malam, aparat kepolisian mendesak para demonstran agar mundur dari bawah fly over Slipi, Jakarta. Polisi sampai menggunakan semburan water cannon dan gas air mata. Massa aksi pun bergerak ke arah Rawabelong atau Jalan KS Tubun. Namun, beberapa demonstran justru memasuki Mes TNI AL Lumba-lumba sehingga anggota marinir setempat mengadakan pengamanan.
Aparat Brimob yang mengejar para demonstran kemudian merapat ke mes tersebut. Kericuhan sempat terjadi dan usai beberapa jam kemudian.
Pada Kamis (26/9) lewat pukul 00.00 WIB, Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI mendatangi titik kericuhan di bawah fly over Slipi, Jakarta Barat. Keduanya tiba dengan mobil dinas masing-masing dan langsung diterima Kapolres Jakarta Barat Kombes (Pol) Henky Haryadi.
Kapolri dan Panglima juga mengecek kondisi personel yang menangani aksi massa sejak Rabu (25/9) siang di sana. Sekitar tujuh menit kemudian, keduanya meninggalkan lokasi. n ronggo astungkoro/antara/ febryan, ed: hasanul rizqa
https://ift.tt/2nH4Gk5
September 27, 2019 at 08:09AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Panglima: Tidak Ada Permasalahan Antara TNI dan Polri"
Post a Comment