Search

Agnes Mo, Anies Baswedan, Sukanto Tanoto Dalam Nasionalisme

Agnes Mo, Anies Baswedan, Sukanto Tanoto dalam Nasionalisme

Oleh: DR Syahganda Nainggolan, Pendiri Sabang Merauke Circle

Banyak tokoh pegiat politik marah dengan agnes mo beberapa hari ini. Bahkan, mantan ketua WALHI, Emmi Hafidz, seperti dikutip Tempo dari akun FB nya, minta Agnes pindah saja ke neraka.

Pasalnya dalam suatu wawancara bergengsi di Amerika, BUILD Series, Agnes mengatakan dia tidak punya sama sekali darah Indonesia. Sebelumnya, Kevan Kenney, pembawa acara, menanya Agnes, kenapa dia profil fisiknya berbeda dengan kebanyakan orang Indonesia.

Pihak-pihak yang marah maupun bertanya-tanya antara lain dilatari: Pertama, Agnez dinilai tidak tahu berterima kasih terhadap Indonesia yang sudah  membesarkan dia. Kedua, Agnez membangkitkan sentimen nasionalistik, dapat berdampak sentimen atas darah keturunan yang ingin disamakan (dianggap setara pribumi) selama ini menjadi dipertanyakan kembali. Ketiga, Bagaimana Agnez bisa punya kewarganegaran Indonesia?

Soal Agnez ini menarik untuk kita diskusikan. Pertama, Agnez adalah artis terkenal di Indonesia, yang mempunyai banyak fans. Kedua, beberapa waktu lalu "kasus kebangsaan" ini banyak terjadi, yakni a) Anies Baswedan menyatakan akan membangun Pribumi dalam pidato kemenangannya Oktober 2017, b) Jokowi mengangkat menteri energi, Archandra, pada saat mana Archandra tercatat sebagai WN Amerika. c) Beberapa tahun lalu juga, pengusaha Sukanto Tanoto, mengatakan dalam sebuah pertemuan elit di RRC, bahwa RRC adalah bapak kandung dia, sedang Indonesia hanya bapak tiri. d) Bahlil Lahadalia dikecam orang-orang Papua karena dianggap mengaku2 orang Papua. Ketiga, di jaman globalisasi dan internet of things pembicaraan kebangsaan ini tetap dalam kontroversi antara cairnya identitas seseorang, di satu sisi versus mengentalnya netionalisme di sisi lain.

Kita akan membandingkan kasus2 seperti di atas pada isu nasionalisme bangsa kita. Apakah memang benar bahwa bangsa kita tidak ada yang asli? Sebagaimana Sukarno dan para founding fathers membuatnya pada pasal 6 UUD45 yang asli. Apakah persoalan identitas yang ditampilkan Agnez vs Anies vs Archandra vs Sukanto Tanoto vs. Bahlil mempunyai skala isu yang sama?

Pribumi vs Non Pribumi

Bangsa Indonesia dan warganegara Indonesia adalah suatu yang berbeda. Agnez pada dasarnya ingin memberitahu pembawa acara Kevan Kenney, atau semua kita yang saat ini terlibat diskusi ini, bahwa dia bukanlah Bangsa Indonesia, melainkan warganegara Indonesia. Karena tidak ada darah Indonesia dalam tubuhnya.

Sebagaimana Michael Jackson atau Rihanna di Amerika, misalnya, mereka adalah Bangsa Afrika, tapi warganegara Amerika. Agnez adalah bangsa campuran Jepang, China dan Jerman, tapi warganegara Indonesia. Di Amerika orang Afrika menyebut dirinya Afro-American atau Black America.

Sebuah bangsa menurut ahli seperti Anthony Smith vs. Ernst Gellner berbeda. Dalam "The Warwick Debate", yang menjadi rujukan para ahli "national vs nationalism" antara keduanya di Universitas Warwick, Inggris, tahun 1996, Smith meyakini bahwa fenomena bangsa itu ada. Sedangkan Gellner meyakini bahwa bangsa itu hanya produk modernisme dalam abad industri.

Pikiran bahwa bangsa itu ada, sejalan dengan Soekarno dan para founding fathers bahwa Bangsa Indonesia itu ada artinya yang asli, bukan bangsa Arab, China maupun Eropa. Amien Rais dkk, pada tahun 1999-2002, tidak percaya bahwa Bangsa Indonesia asli itu ada. Akibatnya, pasal 6 UUD45 yang dirumuskan BPUPKI dirubah  mereka dalam Amandemen, siapapun termasuk Agnez punya hak yang sama dengan  orang2 asli untuk menjadi presiden kita.

Pikiran Amien Rais dkk itu sejalan dengan Ernst Gellner, Eric Hobswam dan Ben Anderson, bahwa yang ada adalah warganegara atau pemegang parpor seperti Agnez Mo, bukan sebuah bangsa.

Dalam pikiran Sukarno dan pendiri negara, sebagaimana juga, misalnya, Professor Hikmahanto Juwana, garis kewarganegaran itu mengalir dari darah kebangsaan, secara otomatis maupun diberikan buat bangsa lainnya sesuai aturan yang mengaturnya.

Lalu bagaimana soal pribumi vs non pribumi? Senator Mc Cain, 2008, di pilpres USA, sebagai penantang Obama, pernah mengatakan bahwa Obama bukanlah pribumi. Lebih tepatnya Mc Cain menyebut "American Heritage" berasal dari Anglo Saxon, bukan Afrika seperti Obama. Namun, McCain gagal memberi perspektif yang bertentangan soal siapa Bangsa Amerika. Sebab, semua orang Amerika adalah pendatang, setidaknya mereka menganggap begitu. Warganegara Amerika kemudahan adalah siapapun yang lahir di Amerika.

Anies juga bicara soal kemajuan kaum pribumi, pada tahun 2017, ketika  pidato kemenangan dia sebagai Gubernur DKI, 2018 (lihat Syahganda dalam "Anies, Mandela dan Evo Morales: Aspek Teoritik dan Sejarah Perjuangan Pribumi"). Kala itu dia menyebutkan akan berjuang untuk kemajuan pribumi. Namun isu itu surut ketika Anies  dilaporkan warga ke polisi, karena dianggap rasis, dan dia juga diejek bukan pribumi alias Arab, oleh sebagain nitizen.

Namun, jika melihat kasus Bahlil yang besar di Papua dan anak-anak "pendatang" (lahir dan besar di Papua) korban kebiadaban Wamena beberapa waktu lalu, bukan dianggap asli maupun pribumi di sana, maka asli dan pribumi itu terlihat pula memiliki tempat dalam kazanah politik kita.  Bahkan, di Papua, hanya orang Papua asli alias pribumi yang boleh jadi Gubernur di sana.

Lalu apakah Anies membedakan antara pribumi vs. asli? Dari apa yang terlihat, semangat Anies memperjuangkan pribumi adalah nyata. Jika Anies, yang pasti sadar bahwa dia adalah turunan Arab, bukan asli, namun cinta pribumi, maka dapat dipastikan itu adalah spirit ke Indonesiaan dan patriotisme yang dimilikinya sama dengan kakeknya, A. R , Baswedan, memilih berjuang bersama pribumi Indonesia melawan Belanda.

Sikap Anies ini berbeda dengan Sukanto Tanoto.  Sukanto Tanoto, yang kekayaannya melimpah ruah karena berbagai "kemudahan" bisnis di Indonesia malah menyatakan bahwa RRC lah ayah kandung dia. Ini tentu sebuah gambaran buruk dwi identitas dibanding Anies tadi. Seharusnya Sukanto menjadikan Indonesia "ayah kandung" untuk berbakti, bukan sebaliknya.

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2slZt3f

November 28, 2019 at 07:41AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Agnes Mo, Anies Baswedan, Sukanto Tanoto Dalam Nasionalisme"

Post a Comment

Powered by Blogger.