REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketidakstabilan ekonomi global masih menjadi tantangan jangka pendek dan menengah bagi perekonomian Indonesia. Bank Indonesia (BI) meyakini, arus baru penguat perekonomian ada pada ekonomi syariah.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan perlu terus dilakukan. Ekonomi dan keuangan syariah, kata dia, menjadi sektor yang sangat potensial sebagai penopang pertumbuhan ekonomi.
Perekonomian Indonesia pada kuartal III 2019, tumbuh 5,02 persen (yoy), turun dari kuartal sebelumnya yang sebesar 5,05 persen (yoy). Menurut Dody, pertumbuhan ini masih lebih baik dibandingkan negara-negara tetangga yang jatuh lebih dalam.
Ia menjelaskan, perekonomian Indonesia ditopang permintaan domestik yang tetap terjaga dan kinerja sektor eksternal yang menguat di tengah permintaan dan harga komoditas global yang masih menghadapi tekanan. "BI mendorong agar eko nomi syariah bisa masuk pada tataran penguat karena sektor ini dipercaya lebih tahan menghadapi ketidakstabilan," kata Dody saat membuka acara Festival Ekonomi Syariah (Fesyar)2019 di Surabaya, Rabu (6/11) malam.
Dody mengatakan, ekonomi dan keuangan syariah kini tidak hanya dikembangkan negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Thailand, misalnya, memiliki visi sebagai pemasok makanan halal dunia.
Ci na pun telah men jadi peng ekspor busana Muslim terbesar di dunia. Lalu, Australia dan Brasil menjadi pemasok daging halal terbesar dunia. Sementara Inggris, sudah lama di kenal sebagai pusat keuangan syariah dunia.
"Kedudukan kita masih terhitung sebagai konsumen utama produk halal dunia. Namun, kita cukup optimistis Indonesia dapat memainkan peran yang lebih besar sebagai produsen industri halal," kata Dody.
Ia menjelaskan, Indonesia bisa memulai dengan mencukupi kebutuhan di dalam negeri terlebih dahulu. Setelah itu, barulah memenuhi pasar global. Meskipun masih dalam tahap substitusi, Indonesia bisa tetap memulai ekspansi ke kancah internasional.
Anggota DPR Komisi XI Indah Kurnia menilai, pelaksanaan Festival Ekonomi Syariah sangat penting sebagai pengingat bahwa pemerintah dan masyarakat harus melihat potensi yang dimiliki di dalam negeri. "Kita tidak perlu melihat keluar dulu, kita bisa kok memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan produk dari dalam negeri juga," kata dia.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia memiliki potensi ekonomi yang sangat menjanjikan. Terutama untuk mengembangkan enam sektor unggulan industri halal di Tanah Air, seperti industri makanan halal, pariwisata halal, fashion Muslim, industri kreatif, pertanian terintegrasi, dan energi terbarukan.
Optimisme ini makin menguat seiring prestasi yang baru saja ditorehkan Indonesia di Global Islamic Finance Report (GIFR) 2019. Indonesia meraih peringkat pertama di dunia dalam pengembangan ekosistem keuangan syariah. Peringkat terbaru ini naik cukup signifikan dari tahun sebelumnya yang berada di peringkat keenam.
Atas alasan itu, peluang untuk meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata dunia makin terbuka lebar. Pemerintah perlu terus berupaya agar pengembangan ekonomi syariah mulai berfokus kepada inovasi dan pencapaian kualitas yang lebih baik.
BI berpegang pada tiga pilar cetak biru ekonomi syariah, yaitu pemberdayaan ekonomi syariah, pendalaman pasar keuangan syariah, serta penguat an riset, penilaian, dan edukasi, termasuk sosialisasi dan komunikasi. Ketiganya saling terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Penguatan pilar pertama dapat ditempuh melalui pengembangan rantai pasok halal yang ditujukan untuk mendukung penciptaan produk halal tingkat tinggi. Produk tidak hanya bisa diandalkan di dalam negeri, tapi juga memenuhi standar internasional.
Pilar kedua terkait pendalaman pasar keuangan syariah, dapat dilaksanakan melalui ketersediaan pembiayaan syariah. Ini sekaligus mengintegrasikan sektor keuangan komersial maupun sosial syariah dan didukung beragam instrumen yang mampu menyasar jaringan investor di dalam dan luar negeri. Terkait pilar riset dan edukasi, kualitas yang lebih baik dapat dipenuhi melalui tersedianya sumber daya insani yang handal, profesional, dan berdaya saing.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Departeman Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Suhaedi menilai, momentum kebangkitan ekonomi syariah sudah terlihat sejak tiga tahun terakhir ini. Hal ini terlihat dari dukungan pemerintah pusat membentuk KNKS.
Suhaedi menambahkan, pemerintah daerah juga mendukung perkembangan ekonomi dan keuangan syariah dengan mengonversi bank konvensional menjadi bank syariah.
"NTB ingin melakukan konversi bank daerah ke perbankan syariah. Aceh sudah lebih dulu. Semangat kebangkitan kemajuan ekonomi syariah sedang tinggi," kata Suhaedi dalam konferensi pers di gedung BI, Jakarta, Kamis (7/11).
Ketua Komite Nasional Keuangan Syariah Ventje Rahardjo menambahkan, pemerintah bertekad menjadikan Indonesia sebagai rujukan ekonomi syariah global. Hal ini sejalan dengan banyaknya jumlah industri keuangan yang mulai memasuki lini syariah.
Regulasi sudah sangat bersahabat, semakin banyak stakeholder keuangan syariah yang terlibat dalam institusi, seperti perbankan, asuransi dan lainnya, ucapnya. (lida puspaningtyas/novita intan, ed:satria kartika yudha)
https://ift.tt/2oX6q9D
November 08, 2019 at 07:41AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Penopang Pertumbuhan, Kuatkan Ekonomi Syariah"
Post a Comment